Selasa, 16 Juni 2015

Haji yang luar biasa


Pengalaman haji dan umrah

Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada manusia pilihan Allah Muhammad Rasululah SAW

Cerita ini saya tuliskan semoga menjadi ibrah (pelajaran) dan mudah mudahan dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, tuhan semesta alam, cerita ini saya tulisakan semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan petunjuk kepada kita semua.

Alhamdulillah pada tahun 2013 saya diizinkan Allah SWT untuk berhaji ke tanah suci mekkah dan madinah, saya adalah salah satu jamaah haji yang tergabung dalam KBIH (Kelompok bimbingan haji) Alazhar.  Sebelum berangkat haji ke mekkah, kami berkunjung ke masjid nabi selama 10 hari, Alhamdulillah setiap hari tidak ada yang terlewat untuk pergi ke masjid, hampir setiap shalat lima waktu selalu kami lakukan di masjid nabawi, setelah 10 hari di masjid nabawi madinah. Kamipun berangkat ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji……….sesampainya di mekkah kami melakukan umrah wajib dan tinggal di mekkah sebelum melakukan puncak haji ( wukuf di arafah). Suatu hari dengan pemikiran tidak menjaga fisik untuk puncak haji (wukuf di arafah) saya tidak melakukan shalat 5 waktu sekalipun di masjidil haram mekkah almukarramah. Pada malam hari saya tidur malam, sayapun bermimpi tentang kematian, saya diingatkan akan kematian dan saya seakan melihat tubuh saya sendiri yang  sudah meninggal. Mendapatkan mimpi yang menakutkan ini saya pun terbangun dengan perasaan takut menyelimuti hati ini. Saya terbangun sekitar pukul satu kurang lima belas menit, karena takutnya langsung saya mengambil air wudhu dan bergegas menuju masjidil haram ( masjid yang terletak ka’bah didalamnya).

Malam itu dengan perasaan takut dan harap kepada Allah SWT saya shalat tahajud dan banyak beristighfar . nikmat sekali malam itu saya tahajud dan istighfar, mungkin karena takutnya kepada Allah SWT. Hari itupun berlalu dan sayapun kembali tertidur dimalam harinya. Tanpa diduga saya kembali bermimpi. Kali ini saya bertemu seorang tua yang berjubah putih yang bercahaya.sekeliling saya seperti berada diatas awan. Orang inipun mengucapkan penggalan ayat Alquran kepada saya dalam bahasa arab, karena pernah belajar menerjemahkan ayat alquran sayapun mengerti arti ayat tersebut, walaupun saya tidak tahu ayat mana dalam alquran yang artinya. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi”.  Belakangan ketika sudah sampai diindonesia sepulang haji sayapun mendapati melalui internet bahwa ayat tersebut ada dalam surah ali Imran ayat 133. Pada hari itu saya terbangun pada jam yang hamper saya yakini saya jam dua kurang lima belas menit. Dan hari ketiga saya kembali bermimpi bertemu dengan orang yang sama yang mengatakan bahwa dia akan mengajarkan saya tentang TAWAKKAL. Tawakkal

Tawakal (bahasa Arab: توكُل‎) atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

 

Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

 

Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut.

 

Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

 

Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.

 

Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar perutnya, seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti akan menyengsarakan diri sendiri.

Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya -- menurut ajaran Islam -- ialah menyerah diri kepada Allah swt setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti sunnah Allah yang Dia tetapkan.

Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakkal."

 bersambung insya Allah