Pengalaman haji dan umrah
Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada manusia pilihan Allah Muhammad Rasululah
SAW
Cerita ini saya tuliskan semoga menjadi ibrah (pelajaran)
dan mudah mudahan dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT,
tuhan semesta alam, cerita ini saya tulisakan semoga Allah SWT selalu
memberikan hidayah dan petunjuk kepada kita semua.
Alhamdulillah pada tahun 2013 saya diizinkan Allah SWT untuk
berhaji ke tanah suci mekkah dan madinah, saya adalah salah satu jamaah haji
yang tergabung dalam KBIH (Kelompok bimbingan haji) Alazhar. Sebelum berangkat haji ke mekkah, kami berkunjung
ke masjid nabi selama 10 hari, Alhamdulillah setiap hari tidak ada yang
terlewat untuk pergi ke masjid, hampir setiap shalat lima waktu selalu kami
lakukan di masjid nabawi, setelah 10 hari di masjid nabawi madinah. Kamipun
berangkat ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji……….sesampainya di mekkah kami
melakukan umrah wajib dan tinggal di mekkah sebelum melakukan puncak haji (
wukuf di arafah). Suatu hari dengan pemikiran tidak menjaga fisik untuk puncak
haji (wukuf di arafah) saya tidak melakukan shalat 5 waktu sekalipun di
masjidil haram mekkah almukarramah. Pada malam hari saya tidur malam, sayapun
bermimpi tentang kematian, saya diingatkan akan kematian dan saya seakan melihat
tubuh saya sendiri yang sudah meninggal.
Mendapatkan mimpi yang menakutkan ini saya pun terbangun dengan perasaan takut
menyelimuti hati ini. Saya terbangun sekitar pukul satu kurang lima belas
menit, karena takutnya langsung saya mengambil air wudhu dan bergegas menuju
masjidil haram ( masjid yang terletak ka’bah didalamnya).
Malam itu dengan perasaan takut dan harap kepada Allah SWT saya
shalat tahajud dan banyak beristighfar . nikmat sekali malam itu saya tahajud
dan istighfar, mungkin karena takutnya kepada Allah SWT. Hari itupun berlalu
dan sayapun kembali tertidur dimalam harinya. Tanpa diduga saya kembali
bermimpi. Kali ini saya bertemu seorang tua yang berjubah putih yang bercahaya.sekeliling
saya seperti berada diatas awan. Orang inipun mengucapkan penggalan ayat Alquran
kepada saya dalam bahasa arab, karena pernah belajar menerjemahkan ayat alquran
sayapun mengerti arti ayat tersebut, walaupun saya tidak tahu ayat mana dalam
alquran yang artinya. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi”. Belakangan ketika sudah sampai diindonesia
sepulang haji sayapun mendapati melalui internet bahwa ayat tersebut ada dalam
surah ali Imran ayat 133. Pada hari itu saya terbangun pada jam yang hamper
saya yakini saya jam dua kurang lima belas menit. Dan hari ketiga saya kembali
bermimpi bertemu dengan orang yang sama yang mengatakan bahwa dia akan
mengajarkan saya tentang TAWAKKAL. Tawakkal
Tawakal (bahasa Arab: توكُل)
atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal
berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu
hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai
berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi
suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala
ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan
hati dalam menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu
terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi.
Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa yang
diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan
amanat tersebut.
Tawakkal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan
hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia
diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya,
pengetahuanNya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada
Allah. Hatinya tenang dan tenteram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah
Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Sementara orang, ada yang salah paham dalam melakukan
tawakkal. Dia enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam
ini mempunyai pemikiran, tidak perlu belajar, jika Allah menghendaki pandai
tentu menjadi orang pandai. Atau tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki
menjadi orang kaya tentulah kaya, dan seterusnya.
Semua itu sama saja dengan seorang yang sedang lapar
perutnya, seklipun ada berbagai makanan, tetapi ia berpikir bahwa jika Allah
menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang. Jika pendapat ini dpegang teguh pasti
akan menyengsarakan diri sendiri.
Menurut ajaran Islam, tawakkal itu adalah tumpuan terakhir
dalam suatu usaha atau perjuangan. Jadi arti tawakkal yang sebenarnya --
menurut ajaran Islam -- ialah menyerah diri kepada Allah swt setelah berusaha
keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti
sunnah Allah yang Dia tetapkan.
Misalnya, seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah,
setelah dikunci rapat, barulah ia bertawakkal. Pada zaman Rasulullah saw ada
seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika
ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, "Saya telah benar-benar
bertawakkal kepada Allah". Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban
tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau
bertawakkal."
bersambung insya Allah